Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali hingga akhir 2025. Sinyal ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap perlambatan pasar tenaga kerja, meskipun tekanan inflasi masih membayangi.
Dalam proyeksi ekonomi terbaru yang dikutip CNN, para pejabat The Fed memperkirakan pemangkasan bunga dapat dilakukan pada pertemuan Oktober dan Desember, masing-masing sebesar 25 basis poin. Jika terealisasi, langkah ini lebih banyak satu kali dibandingkan proyeksi Juni lalu.
Sejauh ini, The Fed telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4–4,5 persen. CNBC melaporkan, keputusan itu tidak diambil bulat. Gubernur Stephen Miran menjadi satu-satunya pihak yang menolak, bahkan mendorong pemangkasan yang lebih agresif, yakni 50 basis poin.
Sementara itu, Gubernur Michelle Bowman dan Christopher Waller—keduanya ditunjuk Presiden Donald Trump—mendukung pemangkasan seperempat poin. Trump sendiri diketahui sempat mendesak The Fed agar mengambil langkah yang lebih cepat dan tajam dalam menurunkan bunga.
Dalam pernyataan resminya, The Fed menilai perekonomian AS menunjukkan tanda pelemahan. Laju perekrutan tenaga kerja menurun, sedangkan inflasi tetap tinggi. Kondisi ini dianggap bertentangan dengan mandat ganda bank sentral, yaitu menjaga stabilitas harga sekaligus mendorong lapangan kerja penuh.
“Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi masih tinggi. Risiko terhadap ketenagakerjaan kini meningkat,” tulis pernyataan resmi The Fed.
Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan, perlambatan di pasar tenaga kerja menjadi perhatian utama. “Perlambatan yang signifikan dalam penawaran dan permintaan tenaga kerja merupakan hal yang tidak biasa pada kondisi pasar yang kurang dinamis dan agak lemah,” ujarnya dalam konferensi pers.