Di bulan Rabiul Awal, umat Islam di seluruh dunia menyambut sebuah momen bersejarah, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini bukan sekadar penanda lahirnya seorang tokoh, tetapi juga hadirnya cahaya yang menerangi kegelapan di tengah masyarakat Arab pada abad ke-6. Lahir di kota Makkah pada tahun 570 Masehi, atau dikenal sebagai Tahun Gajah, Muhammad kelak tumbuh menjadi pribadi yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Di berbagai penjuru dunia Islam, Maulid Nabi diperingati dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang merayakannya lewat pembacaan shalawat, pengajian, hingga tradisi khas seperti Sekaten di Yogyakarta atau Sholawatan di berbagai pesantren di Nusantara. Semua itu menandakan satu hal, yaitu cinta umat Islam kepada sosok Nabi Muhammad SAW.
Di kota besar, gema shalawat dan kajian sirah Nabi menghiasi masjid-masjid megah. Generasi muda duduk berderet, mendengarkan kisah perjuangan Rasulullah. Dari bagaimana beliau memaafkan musuh-musuhnya, hingga kelembutannya memperlakukan keluarga dan masyarakat miskin. Nilai-nilai itulah yang membuat Maulid tidak sekadar perayaan, melainkan sarana menumbuhkan keteladanan.
Bagi sebagian orang, Maulid juga menjadi momentum mengenal kembali sosok Muhammad SAW secara lebih dekat. Bukan hanya sebagai Nabi, tetapi juga manusia biasa yang pernah menjadi anak yatim, pedagang, suami, dan pemimpin. Dalam setiap peran itu, beliau menunjukkan akhlak mulia yang patut diteladani.
Sejarah mencatat, peringatan Maulid pertama kali berkembang di Mesir pada masa Dinasti Fatimiyah, yaitu sekitar abad ke-12. Dari sana, tradisi ini menyebar ke berbagai wilayah, termasuk di Nusantara. Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi menyatu dengan budaya lokal sehingga tercipta warna-warni tradisi, namun tetap berakar pada semangat cinta kepada Rasulullah.
Kini, di tengah arus modernisasi, Maulid menjadi ruang pertemuan lintas generasi. Orang tua, pemuda, bahkan anak-anak berkumpul bersama, seperti membaca shalawat, menyantap hidangan, dan mendengarkan kisah Nabi. Kehangatan itu membangun rasa persaudaraan yang kian jarang ditemui di tengah hiruk-pikuk zaman.